BAB 4 - Pembentukan Sosialisasi dan Kepribadian



 PEMBENTUKAN SOSIALISASI DAN KEPRIBADIAN

 Hai sobat WBC! Kali ini mimin mau post rangkuman materi sosiologi semester 2. Tapi akan mimin bagi dalam beberapa postingan. Oke, check it out!

A.    Sosialisasi

1.      Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi ialah suatu proses dimana seseorang menghayati (internalize) norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbullah “diri” yang unik. Sosialisasi merupakan proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakuan untuk menjadi suatu bagian dari suatu masyarakat, sebagian adalah proses mempelajari peran. Beberapa ahli sosiologi memberikan pengertian sosiologi sebagai berikut:
a.       Soerjono Soekanto, sosialisasi ialah proses sosial tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku orang-orang di sekitarnya.
b.      Peter L. Berger, sosialisasi ialah proses pada seorang anak yang sedang belajar menjadi anggota masyarakat.
c.       Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosialisasi berarti suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.
d.      Koentjaraningrat, sosialisasi adalah seluruh proses dimana seorang individu sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan , mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai masyarakat tempat ia menjadi anggota, sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya. Jadi, proses sosialisasi membuat seseorang menjadi tahu dan memahami bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku di lingkungan masyarakat.

2.      Tujuan Sosialisasi
a.       Mewariskan nilai dan norma kepada generasi penerus
b.      Membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar
c.       Memberikan pengetahuan yang berhubungan dengan nilai dan norma dalam masyarakat
d.      Mencegah terjadinya perilaku menyimpang
e.       Tercapainya integrasi masyarakat.

3.      Fungsi Sosialisasi
a.       Membentuk pola perilaku individu berdasarkan kaidah nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
b.      Menjaga keteraturan dalam masyarakat
c.       Menjaga integrasi masyarakat.

4.      Indikasi Keberhasilan Proses Sosialisasi
a.       Terintegrasi secara kuat dengan masyarakat setempat dalam setiap aktivitas yang ditandai dengan keakraban dan persaudaraan di antara individu tersebut dengan warga masyarakat yang lain.
b.      Memiliki banyak teman atau relasi usaha yang akan mengakibatkan ketentraman dalam pergaulan dan keberhasilan dalam karier dan usaha.
c.       Meningkatnya status yang sering kali diikuti dengan meningkatnya kepercayaan dan meningkatnya peranan sosial di lingkungan sosial yang baru.
d.      Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial maupun lingkungan fisiknya.

5.      Faktor-Faktor  Yang  Memengaruhi Proses Sosialisasi
Faktor-faktor yang memengaruhi sosialisasi dapat dibedakan menjadi  2, yaitu:
a.       Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor intrinsik ini menyangkut motivasi, minat serta kemampuan yang dimiliki seseorang dalam rangka menyesuaikan diri dengan tata pergaulan yang ada dalam masyarakat.
b.      Faktor eksternal, faktor yang berasal dari luar individu yang melakukan proses sosialisasi dalam masyarakat. Faktor ekstrinsik dapat berupa norma, nilai, struktur sosial, ekonomi, struktur budaya, dan lain-lain.

6.      Tahapan Sosialisasi Seseorang
a.       Tahap persiapan (preparatory stage)
Tahap pertama ini merupakan tahapan persiapan untuk pertama kali mengenal lingkungan sosialnya, yaitu dimulai dengan orang-orang yang terdekat dengan dirinya seperti ibu, ayah, an keluarga. Tahap ini juga merupakan persiapan untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk persiapan untuk pemahaman tentang diri.
b.      Tahap meniru  (play stage)
Tahap ini merupakan langkah kedua dari tahap pertama yaitu pada tahap ini anak mulai dari meniru dengan lebih baik lagi atau sempurna. Selain itu, pada tahap ini anak sudah dapat memahami peranan dirinya serta apa yang diharapkan dari dirinya dan peranan yang dimiliki orang lain.
c.       Tahap siap bertindak (game stage)
Pada tahap ini anak mulai memahami perannya dalam keluarga dan masyarakat. Anak mulai menyadari peraturan yang berlaku.
d.      Tahap penerimaan norma kolektif (generalizing stage)
Pada tahap ini anak sudah mencapai proses pendewasaan dan mengetahui dengan jelas mengenai kehidupan bermasyarakat. Anak mampu memahami peran yang seharusnya dilakukan dalam masyarakat. Setiap anak akan sadar sebagai individu yang mempunyai hak dan kewajiban, individu yang dapat dikenakan sanksi hukum apabila melanggar tata nilai dan norma dimasyarakatnya.

7.      Media Sosialisasi
1.)    Keluarga
Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama atau media sosialisasi primer. Arti penting keluarga sebagai media sosialisasi primer bagi anakterletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Orang tua umumnya mencurahkan perhatian untuk mendidik anak agar memperoleh dasar-dasar pergaulan hidup yang benar  dan baik melalui penanaman disiplin, kebebasan, dan penyerasian.
Kebijakan orang tua yang menunjang proses sosialisasi anak-anaknya adalah sebagai berikut:
a.       Mengusahakan agar anak-anaknyaselalu berdekatan dengan orang tuanya.
b.      Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar sehingga jiwa anak  tidak merasa tertekan.
c.       Mendorong anak agar dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan buruk, serta yang pantas dan yang tidak pantas.
d.      Memperlakukan anak dengan baik. Untuk itu, orang tua harus dapat berpean dengan baik.
e.       Menasehati anak-anak jika melakukan kesalahan atau kekeliruan, menunjukkan dan mengarahkannya ke jalan yang benar, serta tidak mudah menjatuhkan hukuman kepada anak.
Faktor dalam keluarga yang memengaruhi kepribadian anak:
a.       Sifat otoriter orang tua
Sifat otoriter yang berlebihan dapat menimbulkan konflik dalam diri anak terutama di dalam masyarakat modern yang makin kompleks.
b.      Larangan incest
Incest adalah perkawinan yang terjadi di kalangan keluarga sendiri atau perkawinan sedarah.
c.       Persaingan  untuk mendapatkan kasih sayang
Persaingan di dalam hidup keluarga menjadi pendorong bagi seseorang anak untuk mencari hubungan sosial diluar kalangan keluarga.
2.)    Teman sepermain
Pada tahap ini anak mempelajari aturan-aturan yang mengatur orang-orang yang kedudukannya sejajar. Dalam kelompok teman sepermainan, anak mulai mempelajari nilai-nilai keadilan. Didalam masyarakat, kelompok teman sebaya dapat berupa:
a.       Chums adalah kelompok yang terdiri atas dua atau tiga orang sahabat karib.
b.      Cliques adalah kelompok yang terdiri atas empat sampai lima orang sahabat karib.
c.       Crowds adalah kelompok teman sebaya yang terdiri atas banyak remaja yang memiliki minat sama.
d.      Kelompok terorganisir adalah kelompok yang sengaja dibentuk dan direncanakan oleh orang dewasa.
3.)    Sekolah
Dalam lembaga pendidikan sekolah (pendidikan formal), seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian, prestasi, universalisme, dan kekhasan.
4.)    Lingkungan kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai pengaruh yang besar dalampembentukan kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja seseorang akan berinteraksi dengan teman sekerja, dengan pimpinan, dan dengan relasi bisnis.
5.)    Media massa
Melalui media akan terjadi transformasi sosial dan budaya terhadap masyarakat luas. Alat komunikasi memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan tanpa terikat oleh nilai dan norma yang ada di masyarakat.

8.      Jenis Atau Bentuk Sosialisasi
a.       Sosialisasi primer
Sosialisasi primer merupakan tahapan sosialisasi pertama yang diterima oleh individu dalam lingkungan keluarga. Pada sosialisasi ini, anak mulai mengenal anggota keluarga yang lain dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya denagn anggota keluarga yang lain dan orang-orang di sekitar keluarganya.
b.      Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder merupakan proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Dalam sosialisasi sekunder, yang berperan adalah pihak-pihak di luar keluarga, seperti sekolah, teman sepermain, media massa, dan lingkungan kerja.
c.       Sosialisasi represif
Sosialisasi represif merupakan sosialisasi yang lebih menekankan penggunaan hukuman, terutama hukuman fisik terhadap kesalahan yang dilakukan anak.
Ciri-ciri sosialisas represif:
a.       Menghukum perilaku yang keliru
b.      Adanya hukuman dan imbalan materiil
c.       Kepatuhan anak kepada orang tua
d.      Perintah sebagai komunikasi
e.       Komunikasi nonverbal atau komunikasi satu arah yang berasal dari orang tua
f.       Sosialisasi berpusat pada orang tua
g.      Anak memerhatikan harapan orang tua
h.      Dalam keluarga biasanya di dominasi pembentukan pribadi anak.
d.      Sosialisasi partisipasif
Sosialisasi partisipasif adalah suatu pola sosialisasi yang memberikan apa yang diminta anak apabila anak berperilaku baik. Tekanannya terletak pada interaksi anak yang menjadi pusat sosialisasi dan kebutuhannya
Ciri-ciri sosialisasi partisipasif:
a.       Pemberian imbalan dan sanksi
b.      Hukuman dan imbalan simbolis
c.       Otonomi anak
d.      Komunikasi sebagai interaksi
e.       Komunikasi verbal
f.       Sosialisasi berpusat pada anak
g.      Orang tua memerhatikan keinginan anak
h.      Keluarga mempunyai tujuan yang sama
e.       Sosialisasi secara formal
Sosialisasi ini merupakan bentuk sosialisasi yang dilakukan melalui lembaga-lembaga formal seperti sekolah dan kepolisian.
f.       Sosialisasi secara nonformal
Sosialisasi ini adalah bentuk sosialisasi melalui lembaga nonformal seperti masyarakat dan kelompok bermain.
g.      Sosialisasi langsung
Sosialisasi langsung merupakan tahap sosialisasi yang dilakukan secara face to face tanpa menggunakan media atau perantara komunikasi .
h.      Sosialisasi tidak langsung
Sosialisasi tidak langsung merupakan sosialisasi menggunakan perantara/alat komunikasi.

9.      Cara-Cara Sosialisasi
a.       Pelaziman (conditioning)
Sebagian besar perilaku anak diperoleh dengan cara pelaziman. Anak mempertahankan suatu perilaku apabila dengan perilaku itu anak mendapat imbalan. Sebaliknya perilaku anak akan berhenti apabila pelaku itu mendapat hukuman. Dalam pelaziman hampir sebagian besar perilaku diperoleh secara positif.
b.      Imitasi
Pada proses imitasi ini terjadi proses yang agak majemuk. Anak akan melihat model yang akan ditiru perbuatannya.
c.       Identifikasi
Identifikasi adalah proses peniruan secara mendalam. Anak tidak hanya meniru aspek luarnya saja tetapi ia ingin menjadikan dirinya identik dengan tokoh idealnya. Dalam proses perkembangan proses diri, identifikasi memegang peranan penting sebab melakukan identifikasi seseorang  “mengkategorikan” dirinya dalam kategori tertentu.
d.      Internalize
Pada internalize anak mengikuti aturan bukan karena takut dihukum atau akan mendapatkan hadiah, bukan pula karena meniru tokoh idealnya. Ia mengikuti aturan karena merasa pasti bahwa norma itu telah menjadi bagian dari dirinya. Ia menyadari bahwa perilaku tersebut diharapkan oleh masyarakat.

B.     Peranan Nilai Dan Norma Dalam Proses  Sosialisasi
Nilai dan norma sosial memiliki peranan yang sangat penting karena fungsinya sebagai pengendali perilaku individu dalam kehidupan bermasyarakat. Dua hal inilah yang pertama kali ditanamkan orang tua dalam sosialisasi di keluarga. Jika seorang anak telah memiliki nilai dan norma sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, maka diharapkan dia akan mampu menjalankan kehidupan dalam masyarakat dengan baik. Dengan demikian, ketertiban dan ketenteraman dalam masyarakat pun akan terwujud.








 C.     Pembentukan Kepribadian

1.      Definisi Kepribadian
Kepribadian menunjuk pada pengaturan sikap-sikap seseorang untuk berbuat, berpikir, dan merasakan, khususnya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. Kepribadian mencakup kebiasaan,sikap, dan sifat yang dimiliki seseorang apabila berhubungan dengan orang lain.
Beberapa definisi kepribadian menurut ahli antara lain:
a.       M.A.W. Brower
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.
b.      Theodore R. Newcombe
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
c.       Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
d.      Koentjaraningrat
Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang.
e.       Roucek dan Warren
Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku seseorang.
Disimpulkan bahwa yang dimaksud kepribadian merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, mencakup pola-pola pemikiran dan perasaan, konsep diri, perangai, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum.

2.      Unsur-Unsur Dalam Kepribadian
a.       Pengetahuan
Pengetahuan individu terisi dengan fantasi, pemahaman, dan konsep yang lahir dari pengamatan dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang berbeda dalam lingkungan individu tersebut.
b.      Perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang meghasilkan penilaian positif atau negatif terhadap sesuatu. Bentuk penilaian itu dipengaruhi oleh pengetahuannya. Oleh karena itu, perasaan selalu bersifat subjektif karena adanya unsur penilaian tadi yang bisa jadi berbeda dengan penilaian orang lain. Perasaan mengisi penuh kesadaran manusia tiap saat dalam hidupnya.
c.       Dorongan naluri
Dorongan naluri adalah kemauan yang sudah merupakan naluri pada setiap manusia. Ada tujuh macam dorongan naluri yaitu,
1.)    Dorongan untuk mempertahankan hidup
2.)    Dorongan seksual
3.)    Dorongan untuk mencari makan
4.)    Dorongan untuk bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia
5.)    Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya
6.)    Dorongan untuk berbakti
7.)    Dorongan akan keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.

3.      Faktor-Faktor Pembentukan Kepribadian
a.       Faktor biologis, yaitu faktor pembentuk kepribadian yang diperoleh dari gen keturunan orang tua.
b.      Faktor kelompok, yaitu kepribadian yang terbentuk dari pengaruh lingkungan kelompok dan lingkungan sosial.
c.       Faktor prenatal, yaitu faktor yag berkaitan dengan pemberian rangsangan atau stimulus ketika anak masih dalam kandungan.
d.      Faktor geografis, yaitu faktor pembentuk kepribadian yang dipengaruhi oleh lingkungan alam.
e.       Faktor kebudayaan, yaitu faktor pembentuk kepribadian yang dipengaruhi oleh lingkungan budaya.
f.       Faktor pengalaman, yaitu faktor pembentuk kepribadian yang berhubungan dengan pengalaman hidup.

4.      Teori Perkembangan Kepribadian
a.       Teori tabula rasa
Teori ini mengandaikan bahwa semua individu pada waktu lahir mempunyai potensi kepribadian yang sama. Kepribadian seseorang setelah itu semata-mata hasil pengalaman-pengalaman sesudah lahir. Perbedaan pengalaman yang dialami seseorang itulah yang menyebabkan adanya bermacam-macam kepribadian dan adanya perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan individu yang lain.
b.      Teori cermin diri
Teori cermin diri dikemukakan oleh Charles H. Cooley. Teori ini merupakan gambaran bahwa seseorang hanya bisa berkembang dengan bantuan orang lain. Setiap orang menggambarkan diri mereka sendiri dengan cara bagaimana orang-orang lain memandang mereka. Teori ini didasarkan pada analogi dengan cara bercermin dan mengumpamakan gambar yang tampak pada cermin tersebut sebagai gambaran diri kita yang terlihat orang lain.
c.       Teori diri antisosial
Teori ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Gagasan pokok teori ini adalah bahwa masyarakat atau lingkungan sosial selamanya akan mengalami konflik dan selamanya menghalangi seseorang untuk mencapai kesenangannya. Freud menekankan aspek-aspek tekanan jiwa dan frustasi sebagai akibat hidup berkelompok.
d.      Teori ralph dan conton
Teori ini mengatakan bahwa setiap kebudayaan menekankan serangkaian pengaruh umum terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan itu. Pengaruh-pengaruh ini berbeda antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, tetapi semuanya merupakan bagian dari pengalaman bagi setiap orang yang termasuk dalam masyarakat tertentu.
e.       Teori subkultural soerjono soekanto
Teori ini melihat kaitan antara kebudayaan dan kepribadian dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu kebudayaan khusus (subkultural). Ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang memengaruhi kepribadian, yaitu sebagai berikut:
1.)    Kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
2.)    Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda
3.)    Kebudayaan khusus kelas sosial
4.)    Kebudayaan khusus atas dasar agama
5.)    Kebudayaan khusus atas dasar pekerjaan atau keahlian.
5.      Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian
a.       Fase Pertama
Fase ini terjadi di lingkungan keluarga yaitu ketika seorang anak mulai dapat berinteraksi dengan orang-orang yang ada di dekatnya, terutama adalah ayah, ibu, dan kakak. Charles H. Cooley (1864-1928) mengemukakan bahwa proses perkembangan kepribadian seseorang dimulai kurang lebih usia 1-2 tahun yang ditandai dengan saat-saat seorang anak mengenal dirinya sendiri. Kepribadian seorang anak terdiri dari 2 bagian penting yaitu bagian dasar yang cenderung tetap yang merupakan perwujudan dari nilai sentral yang dimiliki seorang anak individu. Kedua bagian ini merupakan keseluruhan dari kepribadian seorang anak.
Adapun masing-masing bagian tersebut adalah sebagai berikut:
1.)    Bagian yang pertama yang berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah berubah dikemudian hari.
2.)    Bagian yang kedua adalah unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali di kemudian hari.
unsur yang pertama disebut struktur dasar kepribadian (basic personality structure), dan unsur yang kedua disebut capital personality.
b.      Fase Kedua
Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari usia 2-3 tahun. Fase ini merupakan fase perkembangan dimana rasa yang telah dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya.
Tipe-tipe perilaku yang khas tampak pada hal-hal berikut:
1.)    Dorongan-dorongan (drives)
Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang selanjutnya akan membentuk motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu keinginan. Drives dibedakan atas kehendak dan nafsu-nafsu. Kehendak merupakan dorongan-dorongan yang bersifat kultural, artinya sesuai dengan tingkat peradaban dan tingkat perekonomian seseorang. Nafsu-nafsu merupakan kehendak yang terdorong oleh kebutuhan biologis, misalnya nafsu makan, amarah, dan lainnya.
2.)    Naluri (instinct)
Naluri merupakan suatu dorongan bersifat kodrati yang melekat dengan hakikat makhluk hidup. Naluri dapat dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa harus belajar lebih dahulu seolah-olah telah menyatu dengan hakikat makhluk hidup.
3.)    Getaran hati (emosi)
Emosi atau getaran hati merupakan sesuatu yang abstrak dan menjadi sumber perasaan manusia. Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang ada pada jiwa manusia, seperti senang, sedih, indah, serasi, dan lainnya.
4.)    Perangai
Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang tampak dari raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai ini merupakan salah satu unsur dari kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan diidentifikasi oleh orang lain.
5.)    Inteligensi (intelligence Quetient-IQ)
Inteligensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang. Sesuatu yang termasuk dalam intelegensi adalah IQ, memori-memori pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama melakukan sosialisasi.
6.)    Bakat (talent)
Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang karena warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga, berdagang, berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap orang  memiliki bakat yang berbeda-beda, walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama.
c.       Fase Ketiga
Fase ketiga akan dialami oleh individu pada akhir kedewasaan, yaitu antara umur 25-28 tahun. Suatu kepribadian akan cenderung tetap dengan perilaku-perilaku yang khas yang menjadi tanda kepribadian seseorang.
Setelah kepribadian terbentuk secara permanen maka akan dapat diklasifikasikan tiga tipe kepribadian sebagai berikut:
1.)    Kepribadian otoriter (otoriter man)
Kepribadian ini terjadi apabila lingkungan sosial individu ketika masih kecil hingga dewasa menempatkan dirinya pada posisi atas, yaitu posisi yang selalu memimpin orang-orang lain yang ada di sekitarnya. Kepribadian otoriter dapat terbentuk dari suasana keluarga yang sangat mendukung.
2.)    Kepribadian normatif (normatif man)
Kepribadian ini terbentuk apabila seorang anak sejak kecil telah memperoleh pendidikan agama dan budi pekerti yang sangat kuat. Sehingga tipe kepribadian ini sangat berpedoman pada norma-norma. Salah satu cirinya sangat  sensitif apabila dilingkungan sosialnya terjadi penyimpangan perilaku.
3.)    Kepribadian perbatasan ( marginal man)
Kepribadian tipe ini seolah-olah tidak mempunyai bentuk yang pasti. Hal ini terjadi karena proses pembentukan seorang individu seringkali mengalami perpindahan tempat tinggal karena alasan tertentu, sehingga nilai-nilai yang terbentuk mengalami perubahan-perubahan akibat menyesuaikan dengan perubahan tempat tinggal yang berpindah serta mempunyai struktur budaya yang berlainan. Seseorang dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki dualisme budaya karena proses perkawinan atau karena situasi tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang saling tidak sama.

D.    Pengaruh Sosialisasi Nilai (Budaya) Terhadap Pembentukan Kepribadian
Kepribadian tidak akan tumbuh jika seseorang tidak memiliki pengalaman-pengalaman sosial. Di dalam kelompok  sosial seorang individu akan mempelajari berbagai nilai, norma, dan sikap. Dengan mengetahui dari mana lingkungan sosial seseorang berasal, dapat diketahui kepribadian seseorang tersebut. Dengan kata lain, sosialisasi berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Jika proses sosialisasi berlangsung dengan baik, maka akan baik pula kepribadian seseorang. Begitu pula sebaliknya, jika sosialisasi berlangsung kurang baik, maka kurang baik pula kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang dipengaruhi pula oleh kebudayaan yang berlaku di lingkungan sekitar. Kebudayaan merupakan pola-pola tindakan yang sering diulang-ulang yang akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.
Kebiasaan-kebiasaan ini digunakan untuk memberikan arah kepada individu ataupun kelompok, bagaimana seharusnya ia berhubugan atau berinteraksi dengan orang lain, bahkan telah menjadi tuntutan masyarakat dimana pun dan dalam kurun waktu kapan pun. Oleh karena itu, kebiasaan-kebiasaan melekatdalam diri masyarakat, diperkenalkan dan dipelajari oleh individu-individu secara terus-menerus. Dalam proses yang panjang inilah,kepribadian terbentuk seiring dan sesuai denagn kebudayaan setempat. Oleh karena itu, kebudayaan antarsatu daerah dengan daerah lain berbeda, sehingga dapat dipastikan kepribadian dari dua kebudayaan tersebut berbeda pula.

Oleh : Widya Sulistyana Natsir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Explanation Text : How Aurora Phenomena Happen

Sosiologi Sebagai Metode

How To Make Speech (Cara Membuat pidato Bahasa Inggris)