BAB 5 - Perilaku Menyimpang dan Sikap-Sikap Anti Sosial



PERILAKU MENYIMPANG DAN SIKAP-SIKAP ANTI SOSIAL

A.    DEFINISI PERILAKU MENYIMPANG

          Perilaku menyimpang yang lazim disebut dengan nonkonformitas merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu perorangan atau kelompok dalam masyarakat untuk menghindar dari nilai dan norma. Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan kaidah dinamakan menyimpang atau suatu perbuatan yang disebut menyimpang bilamana perbuatan ini dinyatakan sebagai menyimpang. 
Beberapa definisi penyimpanan sosial yang diajukan para ahli sosiologi, diantaranya yaitu :
1)      James Vander Zander
Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
2)      Robert M.Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semuah tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwewenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.
3)      Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
4)      Paul B.Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.

        Dari definisi-definisi di atas, pengertian perilaku menyimpang dapat disederhanakan menjadi setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Perilaku seperti ini terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah-istilah negatif.

B.     CIRI-CIRI PERILAKU MENYIMPANG

           Menurut Paul B.Horton, penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai berikut.
1.      Penyimpangan Harus Dapat Didefinisikan
Suatu perbuatan dikatakan menyuimpang jika memang didefinisikan sebagai menyimpang. Singkatnya, penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
2.      Penyimpangan Bisa Diterima Dan Bisa Juga Ditolak
Penyimpangan tidak selalu merupakan hal negatif. Ada beberapa penyimpangan yang diterima bahkan dipuji dan dihormati, seperti orang jenius yang mengemukakan pendapat-pendapat  baru yang kadang-kadang bertentangan dengan pendapat umum atau pahlawan yang gagah berani dan sering terlibat peperangan. Sedangkan perampokan, pembunuhan terhadap etnis tertentu, dan menyebarkan teror dengan bom atau gas beracun, termasuk dalam penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat.
3.      Penyimpangan Relatif Dan Penyimpangan Mutlak
Pada kebayakan masyarakat modern, tidak ada seorang pun yang masuk kategori sepenuhnya penurut ( konformis ) ataupun sepenuhnya menyimpang. Oleh sebab itu, pada dasarnya semua orang normal pun sesekali pernah melakukan tindakan menyimpang, tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk setiap orang. Perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan saja. Orang yang tadinya penyimpang mutlak lambat laun juga harus berkompromi dengan lingkungannya.
4.      Penyimpangan Terhadap Budaya Nyata Atau  Budaya Ideal
Antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari scenderung banyak dilanggar.
5.      Terdapat Norma-Norma Penghindaran Dalam Penyimpangan
Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka. Norma-norma penghindaran muncul apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang.
6.      Penyimpangan Sosial Bersifat Adaptif ( Menyesuaikan )
Penyimpangan sosial tidak selalu menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemelihara stabilitas sosial. Perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.

C.     SEBAB TERJADINYA PERILAKU MENYIMPANG

            Tidak semua individu mampu mengidentifikasi diri dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini berarti gagalnya proses sosialisasi sehingga cenderung menerapkan pola-pola perilaku yang salah dan menyimpang. Adapun penyebab timbulnya perilaku yang menyimpang adalah sebagai berikut.
1)      Penyerapan nilai dan norma dalam proses sosialisasi tidak maksimal.
2)      Faktor anomie, yaitu ketidaksesuaian antara harapan dan kondisi yang sebenarnya.
3)      Adanya differential association atau asosiasi diferensial.
4)      Pemerian julukan ( labelling ) sebagai bentuk kontrol sosial.
5)      Sosialisasi subkebudayaan menyimpang.
6)      Sosialisasi tidak sempurna.
7)      Faktor dalam( intern ),yaitu perilaku menyimpang yang terjadi karena individu inginmempelajari bentuk penyimpangan dalam masyarakat.
8)      Sistem pengendalian sosial dalam masyarakat lemah. Dalam hal ini, pelaku penyimpangan sosial tidak diberi hukuman yang dapat membuat efek jera.

D.    PROSES PEMBENTUKAN PERILAKU MENYIMPANG

      Berdasarkan penjelasan di atas, anda dapat memahami bahwa penyebab awal penyimpangan sosial pada umumnya bermuara faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor sosiologi.
1.      Faktor Biologis
       Cesare Lombrosso, seorang kriminolog dari italia, dalam bukunya Crime, Its Causes and Remedies memberikan gambaran tentang perilaku menyimpang yang dikaitkan dengan bentuk tubuh seseorang. Dengan tegas, Lombrosso mengatakan bahwa ditinjau dari segi biologis penjahat itu keadaannya fisiknya kurang maju apabila dibandingkandengan keadaan fisik orang-orang biasa.
        Sementara itu, William Sheldon, seorang kriminolog Inggris dalam bukunya Varieties of Delinquent Youth membedakan bentuk tubuh manusia yang mempunyai kecenderungan melakukan penyimpangan ke dalam tiga bentuk, yaitu endomorph, dan ectomorph yang masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu.
a.       Endomorph ( bulat dan serba lembek )
orang dengan bentuk tubuh ini menurut kesimpulannya dapat terpengaruh untuk melakukan perilaku menyimpang, karena sangat mudah tersinggung dan cenderung suka menyendiri.
b.      Mesomorph ( atletis, berotot kuat, dan kekar )
Orang dengan bentuk tubuh seperti ini sering menunjukkan sifat kasar dan bertekad untuk menuruti hawa nafsu atau keinginannya. Bentuk demikian ini biasanya identik dengan orang jahat yang paling sering melakukan perilaku menyimpang.
c.       Ectomorph ( kurus sekali dan memperlihatkan kelemahan daya )
Orang yang seperti ini selalu menunjukkan kepasrahan, akan tetapi apabila mendapat penghinaan-penghinaan yang luar biasa tekanan jiwanya dapat meledak, dan barulah akan terjadi perilaku menyimpang darinya.
2.      Faktor Psikologis
        Banyak ahli sosiologi yang cenderung untuk menerima sebab-sebab psikologis sebagai penyebab pembentukan perilaku menyimpang. Misalnya hubungan antara orang tua dan anak yang tidak harmonis. Banyak orang menyakini bahwa hubungan antara orang tua dan anak merupakan salah satu ciri yang membedakan orang ‘baik’ dan orang ‘tidak baik’.
3.      Faktor sosiologis
       Dari sudut pandang sosiologi, telah banyak teori yang dikembangkan untuk menerangkan faktor penyebab perilaku menyimpang. Misalnya, ada yang menyebutkan kawasan kumuh ( slum ) di kota besar sebagai tempat persemaian deviasi dan ada juga yang mengatakan bahwa sosialisasi yang buruk membuat orang berperilaku menyimpang.

E.     JENIS-JENIS PERILAKU MENYIMPANG

Berikut jenis-jenis perilaku menyimpang,
1)      Penyimpangan Primer dan Sekunder
Sebagai mahluk sosial dan mahluk yang berpikir, manusia mempunyai pola-pola perilaku yang tidak tetap. Ada kalanya manusia berperilaku sesuai dengan kehendak umum, tetapi di lain kesempatan bertindak menentang atau tidak sesuai dengan kehendak umum. Oleh karena itu, dikenal dua jenis penyimpangan sosial yaitu,
a.       Penyimpangan sosial primer
Penyimpangan sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara 
(temporer ). Penyimpangan ini hanya bersifat sementara dan tidak diulang kembali. Jadi, gaya hidupnya tidak didominasi oleh pola perilaku menyimpang. Ciri-cirinya penyimpangan primer sebagai berikut :
·      Hanya bersifat sementara,
·    Gaya hidup tidak didominasi oleh perilaku menyimnpang, dan
·      Masih dapat diterima secara sosial.
Contoh mengendarai sepeda motor melampaui batas kecepatan maksimal, memanipulasi jumlah pajak kekayaan, dan lain-lain.
b.      Penyimpangan sosial sekunder
Seseorang secara khas memperlihatkan perilaku menyimpang dan secara umum dikenal sebagai seseorang yang meyimpang. Masyarakat tidak menginginkan individu semacam ini. Ciri-ciri penyimpangan sekunder sebagai berikut.
·      Masyarakat tidak bisa menerima individu semacam ini.
·      Masyarakat umum telah mengetahuinya
·      Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku meyimpang.
Contoh seorang pemabuk yang hidup di tengah masyarakat yang antimabuk, pembunuhan, dan penodongan.
2)      Perilaku Menyimpang Menurut Pelaku
a.     Penyimpangan individual ( Individual deviation )
       Penyimpangan individual, adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang
       terhadap norma yang berlaku dalam kelompoknya. Ciri-ciri penyimpangan individu
       sebagai berikut:
1.      Bertindak sendirian,
2.      Tidak merencenakan penyimpangan dengan siapa pun
Contoh : pembunuhan yang dilakukan sendiri, atau mencuri seorang diri.
Penyimpangan perilaku yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannya adalah sebagai berikut.
·           Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
·           Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
·           Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku.
·           Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
·           Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat kepercayaan, khianat, dan berlagak membela.
b.      Penyimpangan kelompok ( Group deviation)
Penyimpangan kelompok, artinya penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok individu dengan tujuan untuk mengecam atau mendobrak norma. Penyimpangan kelompok biasanya sulit  untuk dikendalikan, karena kelompok-kelompok tersebut umumnya mempunyai nilai-nilai serta kaidah-kaidah sendiri yang berlaku bagi semua anggota kelompoknya. Sikap fanatik yang dimiliki setiap anggota terhadap kelompoknya menyebabkan mereka merasa tidak melakukan perilaku yang menyimpang. Hal tersebut menyebabkan penyimpangan kelompok lebih berbahaya daripada penyimpangan individu.
c.       Penyimpangan campuran ( Mixture of both deviation )
Penyimpangan campurn diawali dari penyimpangan individu. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, ia ( pelaku penyimpangan ) dapat memengaruhi orang lain, sehingga ikut melakukan tindakan menyimpang seperti halnya dirinya. Contoh penyimpangan campuran adalah sindikat narkoba, sindikat uang palsu, ataupun demonstrasi yang berkembang menjadi amuk massa.

F.      SIFAT-SIFAT PENYIMPANGAN SOSIAL

1)      Penyimpangan yang Bersifat Positif
Penyimpangan yang bersifat positif merupakan suatu bentuk penyimpangan atau perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap dirinya maupun masyarakat.penyimpangan ini memberikan unsur inovatif dan kreatif sehingga dapat diterima oleh masyarakat, meskipun caranya masih belum umum atau menyimpang dari norma yang berlaku.
2)      Penyimpangan yang bersifat negatif
Penyimpangan yang bersifat negatif merupakan penyimpangan yang cenderung mengarah pada tindakan yang dipandang rendah, berdampak buruk serta merugikan bagi pelaku dan juga masyarakat.

G.    TIPE-TIPE PERILAKU MENYIMPANG

Menurut Robert M.Z. Lawang, perilaku menyimpang dapat digolongkan menjadi empat tipe sebagai berikut.
1)      Tindakan Kriminal Atau Kejahatan
Tindakan kriminal merupakan suatu bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok terhadap nilai dan norma atau peraturan perundang-undangan yang berlaku di masyarakat. Sementara itu Light, Keller, dan Callhoun dalam bukunya yang berjudul Sociology membedakan kejahatan menjadi empat tipe, yaitu
a.       White collar crime ( kejahatan kerah putih )
Kejahatan ini mengacu pada kejahatan yang dilakukan oleh orang yang terpandang atau berstatus tinggi dalam hal pekerjaannya. Contohnya penghindaran pajak, penggelapan uang perusahaan, manipulasi data keuangan sebuah perusahaan ( korupsi ), dan lain sebagainya.
b.      Crime without victim ( kejahatan tanpa korban )
Kejahatan tidak menimbulkan penderitaan pada korban secara langsung akibat tindak pidana yang dilakukan. Contohnya berjudi, mabuk, dan hubungan seks yang tidak sah tetapi dilakukan secara sukarela.
c.       Organized crime ( kejahatan terorganisir )
Kejahatan ini dilakukan secara terorganisir dan berkesinambungan dengan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan ( biasanya lebih ke materiil ) dengan jalan menghindari hukum. Contohnya penyedia jasa pelacuran, penadah barang curian, perdagangan perempuan ke luar negeri untuk komoditas seksual, dan laiinnya.
d.      Corporate crime ( kejahatan korporasi )
Kejahatan ini dilakukan atas nama organisasi formal dengan tujuan menaikkan keuntungan dan menekan kerugian.
2)      Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan oleh masyarakat. Adapun beberapa jenis perilaku ini di antaranya adalah sebagai berikut.
a.       Perzinaan, yaitu hubungan seksual di luar nikah.
b.      Homoseksual, yaitu hubungan seksual yang dilakukan sesama jenis.
c.       Kumpul kebo, yaitu hidup bersama seperti suami istri, namun tanpa ada ikatan pernikahan.
d.      Sadomasochist, yaitu pemuasan nafsu seksual dengan melakukan penyikasaan terhadapa pasangannya.
e.       Paedophilia, yaitu memuaskan keinginan seksual yang dilampiaskan kepada anak kecil.
f.       Sodomi, yaitu hubungan seksual yang dilakukan melalui anus atau dubur.
g.      Gerontophilla, yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan orang-orang lanjut usia.
3)      Penyimpangan Dalam Bentuk Pemakaian Atau Komsumsi Berlebihan
Penyimpangan ini biasa diiedntikkan dengan pemakaian dan pengedaran narkoba atau obat-obatan terlarang serta alkoholisme.hal ini lebih banyak terjadi pada kaum remaja karena perkembangan emosi mereka yang belum stabil dan cenderung ingin mencoba serta adanya rasa keingintahuan yang besar terhadap suatu hal. Penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol secara berlebihan dilarang oleh hukum karena dapat mendorong terjadinya tindak kriminal yang lain.
4)      Penyimpangan Dalam Bentuk Gaya Hidup
a.       Sikap arogansi, adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimiliki nya seperti kekayaan, kekuasaan, dan kepandaian. Atau sikap itu dimiliki untuk menutupi kekurangannya.
b.      Sikap eksentrik adalah perbuatan yang menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap aneh. Misalnya anak laki-laki memakai anting-anting, berambut panjang.

H.    TEORI-TEORI PERILAKU PENYIMPANGAN

1)      Teori Anatomi ( Anomie )
Teori ini berpandangan bahwa munculnya perilaku menyimpang adalah konsekuensi dari perkembangan norma masyarakat yang makin lama makin kompleks sehingga tidak ada pedoman jelas yang dapat dipelajari dan dipatuhi warga masyarakat sebagai dasar dalam memilih dan bertindak dengan benar.
2)      Teori Pengendalian
Teori ini muncul bahwa perilaku menyimpang pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor :
a.       Pengendalian dari dalam yang berupa norma-norma yang dihadapi.
b.      Pengendalian yang berasal dari luar, yaitu imbalan sosial terhadap konformitas dan sanksi atau hukuman bagi masyarakat yang melanggar norma tersebut.
3)      Teori Reaksi Sosial
Teori ini umumnya berpendapat bahwa pemberian cap atau stigma seringkali mengubah perilaku masyarakat terhadap seseorang yang menyimpang, sehingga bila seseorang melakukan penyimpangan primer maka lambat laun akan melakukan penyimpangan sekunder.
4)      Teori Sosialisasi
Menurut para ahli sosiologi, munculnya perilaku menyimpang pada teori ini, didasarkan dengan adanya ketidakmampuan masyarakat untuk menghayati norma dan nilai yang dominan.
5)      Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association )
Teori ini dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland. Menurut teori ini penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang. Penyimpangan diperoleh melalui proses alih budaya ( cultural transmission ). Melalui pergaulan itu seseorang mencoba untuk melakukan penyimpangan tersebut, sehingga menjadi pelaku perilaku menyimpang.
6)      Teori Labelling
Teori ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemert. Menurut teori ini, seseorang menjadi penyimpang karena proses labelling yang diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya adalah pemberian julukan atau cap yang biasanya negatif kepada seseorang yang telah melakukan penyimpangan primer ( primary deviation ).
7)      Teori Fungsi
Teori ini dikemukakan oleh Emile Durkheim. Menurut teori ini, keseragaman dalam kesadaran moral semua anggota masyarkat tidak dimungkinkan kerena setiap individu berbeda satu sama lain.
8)      Teori Konflik
Teori ini dikembangkan oleh penganut Teori KonflikKarl Marx. Para penganut teori ini berpandangan bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Sehingga perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri. Pandangan ini juga mengatakan bahwa hukum merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka.
9)      Teori Tipologi Adaptasi
Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang konformis saja, tetapi juga menghasilkam perilaku menyimpang. Dalam struktur sosial dijumpai tujuan atau kepentingan, dimana tujuan tersebut adalah hal-hal yang pantas dan baik. Selain itu, diatur juga cara untuk meraih tujuan tersebut. Apabila tidak ada kaitan antara tujuan ( cita-cita ) yang ditetapkan dengan cara untuk mencapainya, maka akan terjadi penyimpangan.

I.       MENGANTISIPASI PENYIMPANGAN SOSIAL

          Adapun cara-cara preventif untuk mencegah terjadinya perilaku penyimpangan. Dia antaranya sebagai berikut.
1)      Penanaman Nilai Dan Norma Yang Kuat
       Penanaman nilai dan norma pada seorang individu dalam keluarga dilakukan melalui proses sosialisasi. Keluarga merupakan agen sosialyang pertama dan paling utama. Jika dalam keluarga seorang anak belajar nilai dan norma yang baik, mereka mempunyai landasan kuat untuk menapak kehidupan selanjutnya di masyarakat dengan baik pula.
       Tujuan proses sosialisasi, antara lain sebagai berikut.
a.       Pembentukan konsep diri.
b.      Pengembangan keterampilan.
c.       Pengendalian diri.
d.      Pelatihan komunikasi.
e.       Pembiasaan aturan.
2)      Pelaksanaan Aturan Yang Konsisten
        Keadaan yang nyaman dan aman dapat pula terbentuk melalui peraturan yang tegas. Segala bentuk peraturan yang dikeluarkan pada hakikatnya adalah uasaha mencegah adanya tindakan penyimpangan, sekaligus juga sebagai sarana ( alat ) penindak laku penyimpangan. Suatu kekonsistenan diperlukan oleh setiap peraturan jika ingin berfungsi dalam masyarakat serta sanksi-sanksi yang tegas untuk menjamin tercapainya tujuan dan dipatuhinya norma yang ada.
3)      Berkepribadian Yang Kuat Dan Teguh
        Menurut Theodore M. Newcomb, kepribadian adalah kebiasaan dan sikap seseorang. Seseorang disebut berkpribadian jika siap memberi jawaban dan tanggapan ( positif ) atas suatu keadaan. Jika seseorang berkpribadian teguh, ia memiliki sikap yang melatar belakangi semua tindakannya.

J.       MENGATASI PENYIMPANGAN SOSIAL

        Mengatasi penyimpangan sosial merupakan cara menguasai keadaan supaya situasi menjadi terkendali. Langkah-langkah untuk mengatasi penyimpangan sosial, sebagai berikut.
1)      Sanksi Yang Tegas
Sanksi merupakan persetujuan atau penolakan terhadap perilaku tertentu. Persetujuan adalah sanksi yang positif, sedangkan penolakan adalah sanksi yang negatif yang mencakup pemulihan keadaan, pemenuhan keadaan, dan hukuman. Sanksi diperlukan agar norma-norma dapat dipenuhi. Para pelaku penyimpangan sosial sudah selayaknya mendapatkan sanksi yang tegas.
2)      Rehabilitas Sosial
Rehabilitasi  merupakan usaha mengembalikan peranan dan status pelaku penyimpangan ke dalam masyarakat. Tempat-tempat rehabilitasi sosial untuk pelaku penyimpangan sosial, misalnya panti rehabilitasi anak nakal, pecandu narkoba, dan wanita tuna susila.

3)      Penyuluhan-Penyuluhan
Pemerintah berperan besar dalam upaya penanggulangan perilaku penyimpangan. Melalui jalur penyuluhan, penataran ataupun diskusi-diskusi dapat disampaikan kepada masyarakat tentang penyadaran kembali akan pelaksanaan nilai, norma, dan peraturan yang berlaku. Dengan upaya ini, diharapkan setiap masyarakat memahami nilai, norma, dan peraturan yang berlaku.

K.    DAMPAK PERILAKU PENYIMPANGAN SOSIAL

1)      Dampak Bagi Pelaku
Berikut ini beberapa dampak bagi pelaku, yaitu :
a.       Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan serta tekanan mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan dari kehidupan masyarakat atau dijauhi dari pergaulan.
b.      Dapat menghancurkan masa depan.
c.       Dapat menjauhkan pelaku dari Tuhan dan dekat dengan perbuatan dosa.
d.      Perbuatan yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.
2)      Dampak Bagi Masyarakat
Beberapa di antaranya adalah meliputi hal-hal berikut ini.
a.       Dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidakharmonisan dalam masyarakat.
b.      Merusak tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang berlaku di masyarakat.
c.       Menimbulkan beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga pelaku.
d.      Merusak unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan masyarakat.

L.     SIKAP ANTISOSIAL

1.      Pengertian Sikap Antisosial
       Sikap antisosial adalah bentuk sikap seseorang yang secara sadar atau tidak sadar tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Perilaku menyimpang menimbulkan akibat pada kondisi psikologis manusia menjadi tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
2.      Ciri-Ciri Sikap Antisosial
a.       Adanya ketidaksesuaian antara sikap seseorang dengan norma dalam masyarakat.
b.      Adanya seseorang atau sekelompok orang yang berusaha untuk melakukan perlawanan terhadap norma yang berlaku dalam masyarakat.
c.       Kondisi psikologis seseorang yang bertentangan dengan apa yang seharusnya.
d.      Ketidakmampuan seseorang untuk menjalankan norma yang ada dalam masyarakat.
3.      Sebab Terjadinya Sikap Antisosial
a.       Adanya norma atau nilai sosial yang tidak sesuai atau sejalan dengan keinginan masyarakat, sehingga terjadi kesenjangan budaya termasuk pola pikir masyarakat.
b.      Kurang siapnya pola pemikiran masyarakat untuk menerima perubahan dalam tatanan masyarakat.
c.       Ketidakmampuan seseorang untuk memahami atau menerima bentuk perbedaan sosial dalam masyarakat, sehingga akan mengakibatkan kecemburuan sosial.
d.      Adanya ideologi yang dipaksakan untuk masuk ke dalam lingkungan masyarakat.
e.       Pemimpin yang kurang sigap dan tanggap atas fenomena sosial dalam masyarakat, serta tidak mampu menerjemahkan keinginan masyarakat secara keseluruhan.
4.      Bentuk-Bentuk Sikap Antisosial
a.       Sikap antisosial yang muncul karena deviasi individual
Deviasi individual bersumber pada faktor-faktor yang terdapat pada diri seseorang, misalnya pembawaan, penyakit kecelakaan yang dialami seseorang, atau karena pengaruh sosiokultural yang bersifat unik terhadap individu.
b.      Sikap antisosial yang muncul karena deviasi situsional
Deviasi situsional merupakan fungsi pengaruh kekuatan-kekuatan situasi di luar individu atau dalam situasi di mana individu  merupakan bagian yang integral di dalamnya. Deviasi situsional akan selalu kembali apabila situasinya berulang. Dalam hal itu deviasi dapat menjadi kumulatif.
c.       Sikap Antisosial Yang Muncul Karena Deviasi Biologis
Deviasi biologis merupakan faktor pembatas yang tidak memungkinkan memberikan persepsi atau menimbulkan respon-respon tertentu. Ciri ras, biologis, gangguan fisik dan disfunsi tubuh menjadi bentuk dari deferensi biologis yang dapat menimbulkan deviasi biologis. Adapun bentuk sikap antisosial yang muncul adalah egoisme, rasisme, rasialisme, dan stereotip.
d.      Sikap Antisosial Yang Bersifat Sosiokultural
Beberapa bentuk sikap antisosial yang bersifat sosiokultural, yaitu sebagai berikut.
1)      Primordialisme, yaitu suatu sikap atau pandangan yang menunjukkan berpegang teguh kepada hal-hal yang sejak semula melekat pada diri individu seperti suku bangsa, ras, agama, ataupun asal usul kedaerahan oleh seseorang dalam kelompokknya, kemudian meluas dan berkembang.
2)      Etnosentrisme atau fanatisme suku bangsa, yaitu suatu sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya.
3)      Sekularisme, yaitu suatu sikap yang lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat non agamis, seperti teknologi, ilmu pengetahuan, sehingga kebutuhan agamis seakan-akan dikesampingkan.
4)      Hedonisme, yaitu suatu sikap manusia yang mendasarkan diri pada pola kehidupan yang serba mewah, glamour, dan menempatkankesenangan materil di atas segalanya. Tindakan yang baik menurut hedonisme adalah tindakan yang menghasilkankenikmatan.
5)      Fanatisme, yaitu suatu sikap yang mencintai atau menyukai suatu hal secra berlebihan. Mereka tidak mempedulikan apapun yang dipandang lebih baik daripada hal yang disenangi tersebut. Fanatisme yang berlebihan sangat berbahaya karena dapat berujung pada perpecahan atau konflik.
6)      Diskriminasi,yaitu suatu sikap yang merupakan usaha untuk membedakan secara sengaja terhadap golongan-golongan yang berkaitan dengan kepentingan kepentingan tertentu.

Oleh : Indaryani

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Explanation Text : How Aurora Phenomena Happen

Sosiologi Sebagai Metode

How To Make Speech (Cara Membuat pidato Bahasa Inggris)